Assalaamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakaatuh

Selamat datang di remajamasjididola.blogspot.com, website resmi organisasi Remaja Masjid Idola Shiraathal Mustaqiim, Bratan, Pajang, Laweyan, Solo yang Insya Allah dapat digunakan sebagai alat untuk menyebarkan Ukhuwah Islamiyah.

Jumat, 15 September 2017

PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR
Oleh : Baruno Nasution

Dalam beberapa tahun terakhir, Pendidikan Karakter begitu sering disebut dan dibahas dalam berbagai kesempatan. Hal ini disebabkan karena Pemerintah Pusat sedang mencanangkan program Penguatan Pendidikan Karakter ke dalam beberapa jenjang sekolah yang ada di Indonesia, terlebih bagi Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah.
Berbicara mengenai karakter, hal ini tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan anak di rumahnya, jika lingkungan anak mendukung dalam pembentukan dan penguatan karakter anak, maka hal ini akan sangat sejalan dengan program pemerintah tersebut. Begitu juga sebaliknya, apabila lingkungan rumah si anak kurang mendukung, maka hal ini pun dapat menghambat proses pembentukan dan penguatan karakter anak yang dilakukan di sekolah. Sudah barang tentu pasti orang tua menginginkan anaknya memiliki sifat pandai, mandiri, hebat, religius, jujur dan sifat-sifat positif lainnya. Oleh sebab itu, orang tua siswa harus berperan aktif dan mau mengawasi anak-anaknya di rumah, agar karakter anak tersebut sesuai dengan yang diharapkan oleh orang tuanya.
Tak dapat dipungkiri bahwa, lingkungan masyarakat kini sangat berbeda dengan lingkungan masyarakat era 90an, di masa itu anak kecil setingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah masih begitu patuh dan taat kepada anjuran dari orang tuanya, terlebih oleh seorang Guru di Sekolah. Di masa itu pula, seorang Guru yang mengingatkan muridnya untuk tidak berbuat jelek begitu sangat ditakuti oleh siswa. Bahkan mampu menjadi sebuah motivasi agar tidak mengulangi kesalahan yang sama di kemudian hari.
Pada masa itu pula, murid yang mendapat hukuman apabila melaporkan kepada kedua orang tuanya, orang tua sangat mendukung dengan apa yang dilakukan oleh Guru tersebut di sekolah. Bahkan akan semakin ditambah hukuman oleh orang tua, tidak diberi uang jajan, dan lain sebagainya. Karena pada masa itu pendidikan semacam ini dinilai mampu untuk membentuk karakter anak menjadi lebih baik.
Namun sangatlah berbeda dan bertolak belakang dengan apa yang terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia saat ini. Telah sama-sama kita ketahui bahwa, anak-anak masa kini begitu dimanjakan dengan apa yang dinamakan dengan Teknologi. Sebenarnya kita terlalu “taat” kepada bangsa barat yang menganggap teknologi adalah sebuah hal yang harus terus diikuti perkembangannya. Hal itu akan membuat anak-anak masa kini semakin malas dan individual.
Dapat dilihat pada masa lampau dimana belum ada teknologi secanggih sekarang, namun berbagai penemuan brilian lahir hampir setiap tahunnya. Ilmuwan-ilmuwan dari berbagai belahan dunia pun bermunculan saling berlomba menemukan sesuatu yang kini kita namakan teknologi tersebut. Namun pada masa itu, para ilmuwan tidak menggunakan teknologi yang secanggih saat ini kita rasakan dan alami. Penemuan rumus matematika, rumus kesehatan dan obat-obatan, lampu, listrik, mobil, motor, mesin uap, komputer, hingga pesawat terbang dapat terealisasi tanpa adanya teknologi secanggih saat ini.
Sangat bertolak belakang dengan apa yang kita lihat di masa kini. Teknologi yang ditemukan oleh para ilmuwan tersebut seolah kini disalahgunakan oleh berbagai pihak. Mulai dari rakyat biasa hingga pemerintah di berbagai belahan dunia seolah tidak mau untuk belajar dari temuan tersebut dan terkesan memanjakan diri dengan apa yang sudah ada. Hal ini sangat berpengaruh dengan proses pembentukan karakter anak di sekolah, setidaknya anak-anak kita yang masih polos itu akan memiliki sifat malas untuk mengembangkan diri. Terlebih lagi bila sang anak terlalu sering melihat lingkungannya yang bergantung pada teknologi semacam gadget, anak akan cenderung senang bermain gadget daripada membuka buku, walaupun dalam gadget itu dapat diisin dengan program aplikasi yang mendukung pembelajaran si anak.
Saat ini karakter anak yang diharapkan dapat muncul dan dikembangkan di sekolah sangatlah banyak, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku pendidikan di sekolah. Karena memang zaman yang berkembang ini sudah terlalu memanjakan anak untuk berada di “zona nyaman” mereka. Sehingga dalam usaha membentuk karakter anak tersebut harus dilakukan dengan istiqomah dan teliti.
Sebagai contoh, menumbuhkan karakter anak untuk taat beribadah bukanlah hal yang cukup mudah dilakukan. Anak usia Sekolah Dasar baru mengenal cara beribadah mereka sesuai dengan ajaran agama masing-masing, maka hal ini perlu pembiasaan dan bimbingan yang intens dari Guru maupun orang tua. Mengajari anak untuk tidak bercanda di tempat ibadah, tertib selama berada di tempat ibadah, sungguh-sungguh dalam melakukan ibadah dan menghormati sesama pengguna tempat ibadah adalah hal dasar yang perlu ditanamkan kepada anak sebelum menginjak kepada hal yang lebih dalam. Tidak cukup sekali dua kali Guru mengingatkan anak untuk taat beribadah, namun setiap hari anak harus diingatkan untuk berbuat sesuai dengan ajaran yang berlaku.
Contoh yang lain ialah ketika menumbuhkan karakter mandiri anak, hal ini juga dirasa cukup sulit dilakukan karena pada usia sekolah dasar anak masih sering bergantung kepada kedua orang tuanya. Terlebih jika sang anak masih ditunggui oleh orang tuanya di sekolah, maka ini akan menghambat kemandirian anak tersebut. Anak akan sering mencari orang tuanya untuk meminta bantuan, jika mulai dari berangkat sekolah si anak sudah dimanjakan. Antara lain mandi, menggunakan baju seragam, memakai sepatu, menjadwal pelajaran, mengerjakan tugas, makan, dan lain sebagainya. Seharusnya anak memang dilatih untuk dapat mandiri meskipun terkadang sang anak menangis karena takut, merasa sakit, merasa tidak mampu dan lain sebagainya. Sehingga anak perlahan mampu menempatkan dirinya menjadi anak yang mandiri dan merasa mampu mengerjakan sesuatu tanpa banuan orang tuanya.
Di lingkungan sekolah anak hendaknya dilatih untuk banyak belajar menulis dan membaca, karena ini adalah modal dasar si anak untuk menjadi lebih baik di kemudian hari. Anak juga harus dilatih untuk mengerjakan soal secara mandiri, diingatkan jika si anak mencoba untuk bertanya kepada temannya ataupun mencoba mencari jawaban dalam bukunya. Melatih anak untuk mandiri dalam hal makan juga menjadi poin tersendiri karena anak akan terbiasa untuk mengambil makanan secukupnya dan membersihkan alat makannya sendiri. Jika hal ini mampu berjalan dengan baik, maka anak akan bercerita kepada orang tuanya dengan rasa bangga bahwa dia mampu untuk mengerjakan soal dan tugas dari Bapak – Ibu Guru di sekolah, misalnya.
Karakter yang lain yang dapat dikembangkan di sekolah ialah gotong royong, dimana hal ini dapat ditanamkan kepada anak di dalam kelas melalui kerja kelompok. Kelompok piket kebersihan kelas, misalnya. Anak harus diberi pengertian untuk saling membantu dalam kerja piket kelas agar dalam kegiatan tersebut pekerjaan menjadi ringan apabila dikerjakan bersama-sama. Selain itu dapat juga ditanamkan dalam bentuk tugas kelompok atau diskusi, hal ini akan membiasakan anak untuk bersifat berani menyampaikan pendapat dan mengeluarkan potensi yang ada di dalam dirinya sendiri.
Perlu diingat bahwasanya Pendidikan anak usia dini antara umur 0-17 tahun sangatlah berpengaruh terhadap pembentukan karakter si anak itu sendiri. Sehingga diperlukan pengawasan yang ketat dan pendampingan kepada si anak agar proses pembentukan karakter di sekolah berjalan dengan baik. Meskipun hanya melalui cara yang sederhana semacam mengingatkan anak jika anak melakukan kesalahan, menegur anak jika mendapati si anak bercanda ketika beribadah, mengajak anak untuk terus berbuat kebaikan kepada sesame temannya di manapun berada, dan lain sebagainya.

Maka beberapa karakter yang dapat dikembangkan tersebut hendaknya juga dilakukan oleh orang-orang yang berada di sekitar si anak tersebut berada, sehingga anak mampu melihat langsung contoh yang ada di sekitarnya, karena penglihatan anak sangatlah berpengaruh kuat terhadap daya ingatnya. Jika kita tidak ingin si anak terlalu sering bermain gadget, maka kita pun juga jangan memperlihatkan memegang gadget terlalu sering. Jika kita menghendaki si anak rajin dan taat beribadah, maka sebagai orang tua hendaknya kita juga memberi contoh untuk segera bergegas meninggalkan segala jenis pekerjaan ketika tiba waktu beribadah. Begitu juga dengan karakter-karakter yang lain, sehingga anak betul-betul mencontoh karakter yang baik yang ada di sekelilingnya.

Jumat, 19 Juni 2015

Shalat Tarawih Pertama di Masjid Idola

SOLO, 18 Juli 2015 - Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin, Bulan Ramadhan tahun 1436 H telah hadir menyapa kita semua. Jangan sampai kesempatan berharga dalam mencoba menggapai ridho, ampunan, dan berkah dari Alloh ini kita sia - siakan begitu saja.
Marilah kita manfaatkan kesempatan emas ini untuk mendulang pahala sebanyak - banyaknya.
Berikut kami tampilkan beberapa foto yang dapat diabadikan saat shalat tarawih pertama dan kedua di Masjid Idola Shiraathal Mustaqiim.
Selamat menikmati.
Suasana Buka Puasa RMI hari pertama
Shalat Maghrib dilihat dari sisi Utara

Shalat Maghrib dilihat dari sisi selatan

Jama'ah putra pun penuh sesak, semoga ISTIQOMAH

Tadarrus Malam oleh Remaja Masjid Idola

Bapak-Bapak Tadarrus, mangaaaat yey ! :D

Sabtu, 13 Juni 2015

Besok, Panitia Ramadhan adakan Kerjabakti Sambut Ramadhan

Ahad, 14 Juni 2015, Panitia Ramadhan Masjid Idola Shiraathal Mustaqiim 1436 H mengagendakan Kerja Bakti menyambut Ramadhan. Ketua Panitia, Dedi Zaenal Arifin mengutarakan bahwa Kerja Bakti akan dilaksanakan mulai pukul 08:00 WIB.
mari ikut ambil bagian :)